Bahaya AS Terancam Default Senat Blokir Aturan Nambah Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Peluang Amerika Serikat (AS) untuk jatuh ke dalam default atau gagal bayar semakin nyata. Hal ini terlihat pada pemblokiran RUU kenaikan batas utang yang digagalkan oleh Senat, Senin (27/9/2021) waktu setempat.

RUU tersebut sejatinya akan mendanai pemerintah hingga Desember dan menangguhkan plafon utang AS hingga Desember tahun depan. DPR AS sudah menyetujui namun pekan ini pembahasan masuk ke Senat AS.


Mengutip CNBC International, RUU itu kalah dengan poin48-50 suara. Di mana semua senator Republik menentangnya.

Partai Republik menyatakan bahwa pihaknya lebih setuju untuk meloloskan RUU pendanaan jangka pendek dibandingkan menambah batasan utang. Pasalnya, utang pemerintah mengacu saat ini mencapai triliunan dolar AS.

"Kami tidak akan memberikan suara Republik untuk menaikkan batas utang," kata Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, dikutip CNBC International, Selasa (28/9/2021).

Langkah ini pun mendapatkan pertentangan serius dari kubu Partai Demokrat. Mereka menyebut Republik telah melakukan kesalahan besar bagi berlangsungnya kegiatan bernegara di negeri adidaya itu.

"Partai Republik telah memantapkan dirinya sebagai partai yang gagal bayar, dan rakyat Amerika akan menanggung akibatnya," kata anggota Senat Demokrat Chuck Schumer.

Anggota parlemen memang perlu menyetujui pendanaan pemerintah sebelum Jumat ini. Ini penting untuk menghindari shutdown (penutupan) pemerintah federal karena tak ada biaya operasi.

Bukan hanya itu, AS juga terancam default jika plafon utang tak naik. Ini akan terjadi Oktober ini.

Schumer menambahkan bahwa mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah shutdown dan default. Namun ia tidak merinci bagaimana melakukannya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Kabinet Joe Biden, Janet Yellen ,mengatakan AS tidak pernah mengalami default. Jika itu benar terjadi, maka krisis finansial akan melanda negeri itu.

"Jika batas utang tidak dinaikkan, suatu saat di bulan Oktober, sulit untuk memprediksi kapan waktu tepatnya, saldo kas di Departemen Keuangan tidak akan mencukupi, dan pemerintah federal tidak akan mampu membayar tagihannya," ujar Yellen pekan lalu.

"AS tidak pernah mengalami default, tidak sekalipun. Jika terjadi default maka akan memicu krisis finansial yang bersejarah. Default bisa memicu kenaikan suku tajam suku bunga, penurunan tajam bursa saham, dan gejolak finansial lainnya," tegasnya.

Berdasarkan data dari Statista, per Agustus lalu, nilai utang AS sebenarnya mencapai US$ 28,427 triliun. Ini nyaris sama dengan bulan sebelumnya, tetapi turun cukup jauh dari bulan Juni US$ 28,529 triliun.

Namun, US Debt Clock, yang melihat posisi real time utang AS saat ini mencapai US$ 28,781 triliun atau Rp 40.129 triliun. Jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), utang tersebut sebesar 125% dari PDB Negeri Adidaya.

Saat ini batas utang AS mentok di US$ 28,4 triliun. Sebelumnya isu kenaikan plafon utang terjadi di era Presiden AS ke-45, Donald Trump, di mana pemerintahan juga mengalami shutdown selama 35 hari pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019.


[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

0 Response to "Bahaya AS Terancam Default Senat Blokir Aturan Nambah Utang"

Post a Comment